Sanghyang Wenang juga gemar
bertapa dan olah rasa, sama seperti kakeknya dulu, Sanghyang Nurcahya. Segala
macam tempat wingit ia datangi. Segala macam jenis tapa brata ia jalankan. Ia
kemudian membangun istana yang melayang di udara, tepatnya di atas puncak
Gunung Tunggal, sebuah gunung tertinggi di Pulau Malwadewa. Setelah 300 tahun
bertakhta, ia akhirnya dipertuhankan oleh seluruh jin di pulau tersebut.
Pada saat itu hidup seorang raja bangsa manusia bernama Prabu Hari dari kerajaan Keling di Jambudwipa. Ia marah mendengar ulah Sanghyang Wenang yang mengaku Tuhan tersebut. Tanpa membawa pasukan ia datang menggempur Kahyangan Pulau Malwadewa seorang diri. Perang adu kesaktian pun terjadi. Dalam pertempuran itu Prabu Hari akhirnya mengakui keunggulan Sanghyang Wenang.
Prabu Hari kemudian mempersembahkan putrinya yang bernama Dewi Sahoti sebagai istri Sanghyang Wenang. Dari perkawinan itu lahir seorang putra berwujud akyan, yang diliputi cahaya merah, kuning, hitam, dan putih. Setelah dimandikan dengan Tirtamarta Kamandalu, keempat cahaya dalam tubuh bayi itu bersatu. Bayi tersebut kemudian menjadi sosok berbadan rohani yang memancarkan cahaya. Putra pertama Sanghyang Wenang itu diberi nama Sanghyang Tunggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 3500 Matahari.
Beberapa waktu kemudian Dewi Sahoti melahirkan bayi kembar dampit, laki-laki-perempuan,
yang keduanya juga berwujud Akyan, dengan diliputi cahaya. Keduanya kemudian
dimandikan dengan Tirtamarta Kamandalu dan diberi nama oleh sang ayah. Yang
laki-laki diberi nama Sanghyang Hening, sementara yang perempuan diberi nama
Dewi Suyati.
Sementara itu, perjalanan kehidupan kakak kandung Sanghyang Wenang, yaitu Sanghyang Darmajaka telah menjadi Raja di Negeri Selong. Sanghyang Darmajaka mempunyai istri bernama Dewi Sikandi, putri Prabu Sikanda dari Kerajaan Selakandi. Kerajaan ini terletak di Tanah Srilanka.
Sementara itu, perjalanan kehidupan kakak kandung Sanghyang Wenang, yaitu Sanghyang Darmajaka telah menjadi Raja di Negeri Selong. Sanghyang Darmajaka mempunyai istri bernama Dewi Sikandi, putri Prabu Sikanda dari Kerajaan Selakandi. Kerajaan ini terletak di Tanah Srilanka.
Dari perkawinan tersebut Sanghyang Darmajaka mendapatkan lima orang anak, yaitu Dewi Darmani, Sanghyang Darmana, Sanghyang Triyarta, Sanghyang Caturkaneka, dan Sanghyang Pancaresi.
Sanghyang Darmajaka kemudian berbesan dengan Sanghyang Wenang, yaitu melalui
pernikahan Dewi Darmani dan Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal sendiri
kemudian menjadi raja Keling, menggantikan sang kakek, Prabu Hari.
sumber: rangkuman berbagai media seni budaya wayang Indonesia
Warisan budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
Melestarikan budaya nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia.
https://bangunjiwamu12.blogspot.com/
https://keluargagrahaprima.blogspot.com/2023/11/ https://albumjepretanku.blogspot.com/2023/11/
https://hiburankita2019.blogspot.com
https://www.facebook.com/kakangserayupinuju
https://bangunjiwamu12.blogspot.com/
https://papurgragrahaprima.blogspot.com/
https://delesidorejo12.blogspot.com/
https://keluargagrahaprima.blogspot.com/2023/11/ https://albumjepretanku.blogspot.com/2023/11/
https://hiburankita2019.blogspot.com
https://www.facebook.com/kakangserayupinuju
https://bangunjiwamu12.blogspot.com/
https://papurgragrahaprima.blogspot.com/
https://delesidorejo12.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar